Sunday, October 5, 2008

Idul Fitri di Albany

Pagi itu mendung sekali. Anehnya, udara cukup hangat, 12*C, setelah hari-hari sebelumnya Albany cukup menyiksa kulit Indonesiaku dengan suhu di bawah 10*C. Hari ini kebetulan kampusku libur. Sebetulnya bukan libur Idul Fitri sih, tapi libur Rosh Hasanah, hari rayanya Yahudi. Maklum, di negara bagian New York, komunitas Yahudi cukup banyak dan kuat, jadi hari-hari besar mereka dijadikan hari libur di sekolah-sekolah umum dan universitas. State University of New York (SUNY), kampusku, kan universitas negeri, jadi ikutan libur. Aku sih merasa beruntung aja, karena teman-teman di negara bagian lain ada yang terpaksa bolos kuliah supaya bisa merayakan Idul Fitri. Jam 7 pagi aku dijemput Mbak Rika dan Mike, suaminya. Kami berangkat ke ICCD, Islamic Center of the Capital District, Albany.

Di sini shalat Eid dibagi menjadi dua gelombang. Aku ngga tahu pasti apakah ini karena sempitnya ruangan di ICCD, atau karena ICCD merasa perlu memberi peluang buat jama'ah yang sulit datang pagi-pagi, yang jelas, shalat gelombang pertama dimulai jam 8 pagi dan gelombang kedua jam 9.30.

Gedung ICCD terdiri dari dua lantai, dilengkapi dengan perpustakaan, tempat wudlu dan ruang shalat di lantai dasar dan lantai satu. Hiasan Idul Fitri dipasang di atas pintu, jendela, dan karena di sini ngga ada ketupat, begini deh hiasannya... pakai balon...hehehe... :)

"Semoga Ibadah Puasamu Diterima..."

Sebelum shalat dimulai, jamaah bersama-sama membaca takbir. Takbirnya ngga "dilagukan" seperti cara kita bertakbir di Indonesia. Nadanya lempeng, seperti orang membaca, tapi cukup bikin terharu. Shaf pria dan wanita cuma dipisahkan pagar kayu pendek, setinggi kira-kira 50 cm. Rata-rata jamaah pria memakai ghamis atau jas, lengkap dengan dasinya, dan jamaah perempuan, tentu saja semuanya berkerudung, kebanyakan memakai tunik panjang, abaya, saree atau salwaar ghamis warna warni, dengan aksesoris rameee banget. Beberapa perempuan juga melukis tangannya dengan mehendi/ henna. Sepertinya kebanyakan jamaah ini berasal dari Bangladesh, atau Pakistan. Saking warna-warninya, aku merasa seperti berada di lokasi shooting film India! hehehe.... :D
Kata Budhe Ratna, jamaah gelombang kedua lebih heboh lagi karena kebanyakan anak muda. Bajunya lebih rame dan make-up plus aksesorisnya lebih-lebih... mungkin karena mereka punya lebih banyak waktu buat berdandan. Hauuu... ngga kebayang deh, gimana! :) Oiya, mereka shalat dengan baju warna-warni itu, tanpa mukena.

Shalat dimulai tepat jam 8 pagi. Nah, ini yang unik. Sebelum mulai shalat Imaam menjelaskan tentang julah rakaah shalat, dan jumlah takbir di rakaah pertama dan kedua. Ternyata, ICCD ini sangat fleksibel. Setelah mengingatkan jamaah untuk bayar zakat sebelum dimulainya shalat Eid, beliau menjelaskan, "Saya akan bertakbir tujuh kali di rakaah pertama, dan lima kali di rakaah kedua. Bila saudara-saudara merasa lebih mantap bertakbir tiga kali atau lima kali saja, itu bukan masalah. Itu bukan hal esensial, dan kita semestinya beribadah sesuai dengan apa yang kita percayai..."
Wow.

Sebelum shalat, beliau juga menjelaskan bahwa ICCD sedang membangun masjid yang rencananya akan bisa menampung 640 jama'ah. Untuk itu ada kegiatan pengumpulan dana, di mana para donatur bisa secara simbolik membeli masing-masing kapling shalat dengan harga (ehm, jangan kaget ya?) .... $1,000!

Donatur ini bisa "membeli" kapling itu untuk diri sendiri, atau atas nama kakak, adik, ibu, dan siapa saja. Hingga saat Idul Fitri kemarin sudah ada 295 kapling terjual.... wah... dalam rupiah, itu sudah setara dengan hampir 3 milyar... banyak juga ya?

Akhirnya, setelah shalat, air mata ini mulai menetes. Tiba-tiba aku ingat almarhum Bapak dan kenangan lebaran masa di kecilku dulu. Mbak Rika dan Budhe Ratna di kanan kiriku juga tampak terharu. Dulu aku ngga pernah menyangka, bahwa aku yang berasal dari keluarga pas-pasan ini bisa sekolah di sini... hiiikkksss... alhamdulillaah... Alasan untuk terharu selanjutnya adalah, saat aku melihat saudara-saudariku di sini, aku terbayang jauhnya mereka dari kampung dan keluarga... dan kami ada di satu tempat pagi itu, atas nama cinta kami kepada Allah SWT... Ikatan keagamaan memang luar biasa...

Selanjutnya, khutbah. Itu adalah khutbah Idul Fitri terbaik yang pernah kutemui. Ajarannya ngga bicara soal pahala dan dosa, tapi lebih pada hal-hal yang menyentuh kehidupan kita sehari-hari, tentang hakikat masjid (bahwa masjid itu dianggap ada bila ada jamaah yang datang dan beribadah di dalamnya... sehingga percuma bila kita bangun masjid besar, tapi ngga ada yang datang dan shalat tiap hari), tentang pujian bagi para orangtua yang membawa anak-anak, termasuk bayi, untuk ikut datang dan beribadah di masjid, tentang shalat berjamaah, dan yang paling menyentuh hati adalah penjelasan Al Baqarah ayat 277;
"Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati..."
Oooohhhh... sebagai "eksodus" yang melewati hari-hari cukup berat di sini, aku merasa sangat damai mendengar itu.
Setelah khutbah, aku bersalam-salaman dengan "saudara-saudara" Indonesiaku dan keluarganya. Selain pasangan Mbak Rika - Mike ada Mbak Santy - Steve plus Sinta yang cantik dan si kecil Stevie yang lucu, Bude Ratna - "Pakde" Joseph... dan setelah itu di rumah mbak Rika sudah tersedia sambel goreng, opor ayam, kerupuk udang, bahkan es dawet! :)
Ah... terimakasih ya, buat semuanyaaaa...
Selamat Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir Batin! :)

"Keluarga" Indonesiaku di Albany


Di depan jalan masuk ke ICCD

Parkirnya agak jauh karena di depan ICCD sudah penuh...


"gedung" ICCD dan jamaahnya setelah Shalat Ied


Nah, kalau yang di sini kayanya kelompok ibu-ibu Timur Tengah (kecuali Mbak Santy dan Mbak Rika)... Dandannya ngga heboh. :)

No comments: