Saturday, October 25, 2008

20 Jam di New York City

Akhirnya, minggu lalu aku sampai juga ke New York City! :)
Untuk selanjutnya, New York City kusingkat sebagai NYC ya...

Ini adalah bagian dari perjalananku ke Mountain Lakes di New Jersey (NJ) untuk mengikuti United Nations Weekend atau Akhir Pekan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bersama para diplomat PBB dan mahasiswa internasional dari 15 negara.

Aku "terpaksa" menginap di NYC karena briefing pra-keberangkatan ke NJ dijadwalkan berlangsung hari Sabtu, jam 10.45 pagi, di Port Authority, terminal bus terbesar di NYC. Jelas tidak mungkin aku sampai ke sana tepat waktu, karena bus paling pagi dari Albany ke NYC berangkat jam 8 pagi dan tiba di Times Square jam 11 siang. Pilihan satu-satunya adalah berangkat dari Albany hari Jumat dan menginap di NYC semalam... dan ternyata, itu adalah pilihan yang super seru! :)

Sebagai mahasiswa dengan jatah bulanan pas-pasan, setiap dollar yang kukeluarkan untuk biaya perjalanan harus kuhitung seperti cara bibi Titi Teliti-nya Bobo menelusuri setiap detil. Pertama, untuk pilihan sarana transportasi. Ada empat macam sarana transportasi umum yang melayani jalur Albany - NYC. Kereta dengan Amtrax, rental mobil yang merupakan bisnis mahasiswa keturunan Cina di kampusku, dan bis, Greyhound atau Double Happiness. Aku memilih yang terakhir, karena itulah yang termurah: $ 50 pulang-pergi, dibandingkan rental yang mematok harga $80, Greyhound $90 atau kereta, yang semua orang bilang, "jangan deh!" :D.


Hari Rabu malam aku mulai gerilya di internet. Beli tiket bis http://www.aabus.com/, cari hostel murah, mulai dari YMCA sampai akhirnya aku jatuh cinta pada hostel Jazz on the City yang kutemukan lewat http://www.hostelworld.com./ Adrenalinku sudah mulai terpacu saat membandingkan review masing-masing hostel, melihat lokasi, memilih harga... Yaayyyy!!! Aku traveling lagi! Setelah terakhir ber-backpack ria ke Bangkok dan KL, sekarang aku akan ber-backpack ke ibukota dunia! Seneng deh.


Aku memilih Jazz on the City karena dekat dengan stasiun Subway. Sebagai traveler irit ini sangat penting buat menjamin kelangsungan program jalan-jalan... Selain itu, hostel ini cuma tiga blok dari Central Park, taman kota paling terkenal di dunia karena jadi tempat ditembaknya John Lennon, tempat ambruknya Bob Marley - yang akhirnya dirawat di rumah sakit sampai saat dia meninggal, sampai buat setting shooting Sex and the City dimana Carrie kecemplung di kolam... :)


Ok. Sekarang semua beres. Hari Kamis malam sepulang kuliah aku sibuk download petunjuk jalan versi Google Map dan packing, dan Jumat paginya aku berangkat. Aku bobo di sepanjang perjalanan, setelah begadang semalaman. Saat aku membuka mata, bus yang kutumpangi sedang terjebak macet di jalur periferi NYC, dan nun di sebalah kananku aku bisa melihat Empire State Building, gedung tertinggi di dunia di era 1930-an. Aku mulai merasakan aura kota besar. Sekilas aku merasakan sensasi yang selalu kurasakan saat memasuki Tokyo. Serasa hidup dan bersemangat lagi, setelah 2 bulan ini aku benar-benar bosan di Albany!

Bis Double Happiness dijalankan oleh pengusaha Cina-Amerika. Jangan harap bisa mendapat penjelasan dengan sejelas-jelasnya dari Pak Sopir, karena dia cuma fasih berbahasa Mandarin.

Gara-gara ini juga aku kebablasan. Harusnya aku turun di 34th Street dan Broadway, di depan Macy's, tapi gara-gara semua instruksinya pakai bahasa Mandarin, aku jadi bablaaaasss... sampai ke 133th Street: NYC Chinatown! :)) Saat itu sudah jam 11.30.


Karena nyasar, SEMUA peta yang kudownload dari Google Map jadi mubazir. Hehehe... kasihan yah? Sekarang aku cuma tahu kalau aku cari kereta bawah tanah yang menuju ke W 96th Station. Gawat. Semua orang yang kutanyai saat aku turun dari bis ngga ngerti bahasa Inggris! Aku merasa surreal. Di sekitarku ngga ada orang kulit putih atau hitam. Semuanya berwajah oriental, semuanya tidak berbahasa Inggris, dan jalan-jalan penuh orang lalu lalang, yang ngga peduli rambu lalu lintas - menyeberang seenaknya. Aku nggak merasa seperti di Amerika!


Melihat aku yang sibuk tanya sana-sini tanpa hasil, ada dua penumpang yang sama-sama naik dari Albany yang langsung menghampiriku. Ternyata mereka sama-sama mahasiswa SUNY. Ah. Pahlawan memang bisa datang kapan saja! Mereka membantuku bertanya, dalam bahasa Mandarin, dan sesekali beralih ke Bahasa Kanton, kepada orang-orang di jalan (sambil sesekali nyeletuk bahwa mereka merasa seperti di Peking :D), sampai kami menemukan stasiun Subway di Canal Street. Semuanya bilang, ada kereta nomor 6 menuju ke 96th Street.


Ternyata perjuangan belum berakhir. Kereta no. 6 berhenti di E 96th Street, sementara aku seharusnya turun di W 96th Street. Apakah ini masalah besar? ternyata IYA. Aku baru tahu apa maksud W dan E itu. W adalah West dan E adalah East, dan kedua jalur itu dipisahkan oleh Central Park... yang luar biasa gedenya! Ayayayayyyy....


Aku berjalan di sepanjang Upper Manhattan, bertanya setidaknya pada 3 orang, dan aku sadar bahwa orang-orang yang kutemui sangat hangat dan ramah, sekaligus "berkelas". Bedaaaa banget sama Albany. Bentuk bangunannya, keramahan orang-orangnya, dan stylish-nya dandanan orang-orang di sana membuatku merasa seperti kembali ke Paris. Sebetulnya aku bisa naik bis. Tapi hari itu cerah sekali, dan aku ingin berjalan di Central Park. Baiklah, akhirnya dengan ransel Fulbright, tas kuning besar dan sepatu boots-ku, aku pun akhirnya berjalan 45 menit (!) melintasi Central Park dengan pohon-pohon besar, tupai-tupai kecil, para manula yang sedang jalan-jalan, dan para pelatih anjing ras yang sibuk ber-dogwalking di sana....


Gedung-Gedung Upper West Side Manhattan, tampak dari Central Park

Jam 1.30 siang aku sampai di Jazz on the City. Hotelnya warna-warni, dekorasinya funky, resepsionisnya ramah, tapi aku baru bisa check in jam 3 sore. Aku bisa menunggu di lounge yang ada di lantai 6... dan hotel ini ngga punya lift. Lantai 6 adalah atap gedung itu. Di sana ada kursi-kursi tempat para backpacker ngobrol, dengan dinding ber-grafitti seperti ini....


Aku menginap di mixed room, alias kamar campuran cowok dan cewek, dengan 8 kasur tingkat alias bunk bed dalam satu kamar. Menjelang akhir pekan agak susah mencari penginapan di NYC. Semua kamar di YMCA sudah penuh saat aku lihat di hari Rabu. Kamar di Jazz ini pun satu-satunya yang tersisa dari semua kamar yang ada!


Untuk akomodasi seperti ini biayanya $ 37.5. Bandingkan dengan harga hotel di Indonesia... Aku jadi pengen cepet-cepet pulang dan menginap di Puri Cendana di Seminyak, Bali. Dengan $30 di sana aku sudah dapat cottage! Siang itu aku tamu pertama yang check in. Kamarnya bersih, dan cleaning servicenya ramah. Hmmm... menyenangkan...


Lokasi Jazz betul-betul bagus. Banyak resto dan toko 24 jam di sekitarnya, tapi lingkungannya tetap bersih dan ramah. Aku makan siang di resto Thailand di dekat Jazz, duduk di dekat jendela, dan mulai sadar, di NYC ini banyak "pemandangan indah".. (you know, those good looking guys... *wink*)

Sembari makan aku mulai buka-buka peta NYC dan peta Subway yang kuambil dari Jazz hostel.

Oiya, seperti halnya di kota-kota besar dunia lainnya, petanya gratis lho! Selain itu ada kartu-kartu diskon yang dipajang di dekat tangga. Dengan menunjukkan kartu-kartu diskon ini kita bisa dapat potongan $3-5 untuk atraksi atau paket tur tertentu. Aku mengambil beberapa, untuk naik water taxi dan nonton pertunjukan Broadway.


Untuk kali ini, karena ngga punya banyak waktu, aku cuma pengen melihat patung Liberty, ground zero tragedi 9/11, Times Square dan Wall Street. Sayangnya stasiun subway di dekat ex WTC sedang ditutup. Aku jadi langsung menuju Wall Street, jalan yang lagi rame-ramenya dibicarakan dunia.

Di Wall Street ternyata ada Trump Tower, yang jadi lokasi shooting the Apprentice. Aku sampai di Wall Street sekitar jam 5 sore. Banyak "pemandangan" lagi, para eksekutif muda dengan jas berpotongan bagus ada di mana-mana..


Aku berjalan melewati Wall Street untuk menuju South Ferry terminal. Di hilir sungai Hudson dan menghadap Samudra Atlantik, pemandangan sore itu indah sekali. Ada counter water taxi di sana, dimana kita bisa ikut tur 90 menitan menuju ke Pulau Ellis dan Patung Liberty. Dengan kartu diskon dari Jazz aku bisa hemat $5, dari $ 25 jadi $ 20. Lumayan kan? Sayangnya water taxi yang ada tinggal yang berangkat untuk sunset tour, jam 7 malam. Ya sud-lah, daripada ngga kesampaian. Di udara tampak helikopter-helikopter yang melayani tur udara NYC. Mungkin lain kali aku juga mau naik itu. Sayangnya mahal. Untuk tur 15 menit biayanya mulai dari $ 110. Hiks...


Di dermaga itu juga ada museum kelautan. Ini fotonya, kapal kuno dan gedung-gedung Wall Street di belakangnya... (horeeee.. akhirnya ada juga turis baik hati yang bantu motretin! mukaku agak capek, lupa senyum setelah agak bersusah payah ngajarin gimana pakai Nikon D40x-ku...)


Dan ini pemandangan (kalau ngga salah) Brooklyn...

Brooklyn, dari kejauhan

Kafe di dermaga, dan gedung-gedung yang terpapar matahari sore...

Dermaga South Ferry
Dan ini dia water taxinya! :)



Ini salah satu kapal di museum maritim, dengan latar gedung-gedung Wall Street saat sudah malam


Hari sudah gelap dan dingin saat tur dimulai. Mungkin mereka lupa kalau ini sudah musim gugur, jadi sunsetnya sudah menghilang sejak jam 6 sore! Ngelesnya sih mereka bilang, "ini twilight tour, ladies and gentlemen!". Halaahhhh... Tour guidenya menjelaskan apa yang kita lihat di sepanjang perjalanan, tentang Manhattan, sejarah NYC, gedung-gedung penting, pulau Ellis, rumah sakit yang dibangun di pulau-pulau kecil di luar NYC, sejarah patung Liberty... Oiya, ngomong-ngomong, dulunya New York itu dinamai New Amsterdam, karena pertama-tama yang membangun adalah misi dagang Belanda. Belande-Belande itu membeli tanah dari orang Indian yang tinggal di Manhattan dengan harga sangat murah. Manhattan sendiri berasal dari bahasa Indian, yang berarti "tanah berbukit-bukit". Memang sih, jalan di wilayan Manhattan agak naik-turun gitu... termasuk di Central Park. Setelah diambil alih oleh Inggris, namanya berubah jadi New York.


Karena gelap, akhirnya susaaaaahhh banget motret. Apalagi ferry (a.k.a. water taxi itu...) yang kutumpangi bergoyang-goyang terkena ombak. Tapi bener-bener, pemandangan sepanjang perjalanan itu luar biasa. Apalagi sedang terang bulan. Di kepalaku aku jadi ingat theme song-nya Arthur, yang menang sebagai the best original soundtrack di Academy Award 1982 (atau 1983 ya?) "....When you wake up between the moon and New York City... the best thing you can do is fall in love..." ouh...

Aku jadi kepikiran, kayanya romantis juga bulan madu di NYC. Tapi sama siapa yah? hehehe :p

Diantara goyangan ferry, ini hasil foto TERBAIKKU. Gedung berwarna ungu itu adalah Empire State Building. Foto Liberty gagal total, meski sudah nge-set ke auto ISO di kameraku. Ya wes lah...


Di atas ferry aku ketemu keluarga dari Philippines. Putrinya, Jovi, ternyata sempat dua minggu bekerja di Aceh, lalu setahun bekerja di Nias pasca gempa dan tsunami. Dunia ini jadi sempit ya, kalau kita kerja di lembaga internasional... :) Aku jadi ingat Aceh, sedikit mundur lagi, ingat Tokyo, lalu ingat Paris... dan rasanya aneh, hari itu aku berada di kota besar dunia lainnya. New York.

Saat melewati Mabes PBB, aku bikin janji pada diriku sendiri. Rasanya aku bersyukur banget, menyadari bahwa aku belum 30 tahun, tapi Allah sudah memberiku banyak hadiah luarbiasa. Aneh rasanya membayangkan, kalau aku yang dari keluarga seadanya ini bisa ada di ferry itu, memandang langit Manhattan, dan tadi sore berjalan di antara gedung-gedung besar itu sendirian tanpa merasa takut, merasa sangat terbiasa dengan peta, jalur-jalur subway, memahami semua pembicaraan dalam bahasa Inggris, dan insya Allah, dua tahun lagi lulus dari salah satu universitas terbaik di Amerika... belajar komunikasi politik dan media; hal yang benar-benar jadi spesialisasi Amerika...
Alhamdulillaah...

Tapi perjalanan hari itu belum berakhir. Aku masih ingin ke Times Square, merasakan "The City that Never Sleep" (mengutip Opa Frank Sinatra :p). Dan ini hasil fotonya..



Selain NY Times, media besar lain, CNN dan MTV juga bermarkas di wilayah ini. Dari persimpangan Times Square aku memilih untuk ke musem Madamme Tussaud di Broadway, sekitar 200 meter dari stasiun Subway dan ini pemandangan Times Square dari dalam lift yang membawaku naik ke lantai atas museum....


Semua sudah tahu kan, siapa Madamme Tussaud? Beliau mulai menciptakan patung-patung lilin yang meniru tokoh-tokoh dunia. Museum pertamanya dibuka di London, dan ternyata di NYC juga ada. Ini foto yang menurutku paling keren. Bill Clinton-nya mirip yah! :)


Aku kembali ke hostel jam 1 malam. New York masih ramai sekali, seperti masih jam 6 sore. Aku merasa bisa, dan mau tinggal di kota ini. Rasanya energiku tersalurkan dalam sibuknya jalan, rasa artistikku tersalurkan di banyaknya museum dan gedung pertunjukan, semangat kosmopolitanku bertemu dengan manusia dari berbagai sudut dunia, idealismeku bertemu dengan megahnya gedung PBB, romatismeku bertemu dengan pemandangan malam yang indah dan dermaga sungai Hudson di South Ferry...
Paginya aku check out menuju New Jersey, dan aku tahu satu hal: Aku jatuh cinta pada New York City!
























2 comments:

Anonymous said...

Wow!!!! jalan2 alone?? berani yaaa .. tp klo emang udah berani hidup sendiri, pasti berani kemana mana sendiri ... jd ngebayanginnya jauh klo kyk aku di jkt, naik bis sambil bobo2 ... tapi ngga nemu pemandangan indah selain bisingnya kota dan polusi yg naudzubillah ... yah sedikit gedung pencakar langit yg cukup menghibur didaerah sudirman :D Kapan yah bisa ke new york? :D *ngimpi dulu aaaah*

Ismi Novia said...

Dear Mbak Astri.
Hi Mbak Astri, perkenalkan I'm Ismi Novia, saat ini berkaktifitas di IIWC PKBI Jateng. Aku mendengar tentang dirimu dari Mbak Lisa, Mbak Gana, dll, juga baru-baru ini aku mencari tau tentang dirimu dan kamu alumni AEYVE juga ya? Aku juga tapi masih baru banget tahun 2010 :)
May I contact you? IIWC ingin menelusuri sejarahnya dan mencari wisdom dari catatan sejarah itu.
If you do not mind, how to contact you? Emailku iiwc1@yahoo.com.
Many thanks.