Friday, October 3, 2008

Pada Suatu Sore (02) - Wajah Asiaku

Wajah Asiaku di Albany :)


Sambungan Pada Suatu Sore....
Terakhir kali aku berjalan dengan kepala terangkat adalah hari Minggu yang lalu. Aku belanja di Wal-Mart, dan tiba-tiba, saat sedang melihat keranjang-keranjang anyaman, seorang pria Afro-American yang sedang lewat terhenti melihatku. Aku terus berjalan, pindah ke bagian alat-alat dapur, dan ternyata dia bergegas mengikutiku.

"Miss, I've been working here a whole day, and I didn't mean to be disrespectful. I've just seen you passing by, and I couldn't help but telling you this: you are the most beautiful girl I have ever seen here. Really, you are really beautiful."

(Nona, aku sudah bekerja seharian, dan aku ngga bermaksud untuk berbuat ngga sopan. Aku baru saja melihat kamu lewat dan aku ngga bisa menahan untuk ngga mengatakan hal ini: kamu perempuan paling cantik yang pernah kulihat di sini. Beneran, kamu cantik banget...)

Dan ini bukan kejadian pertama. Di jalan, di kampus, di Wendy's...
Dan ini ngga cuma di Albany, tapi juga di Paris.

Wajah Asia Tenggaraku, yang sering dibilang sebagai wajah "Jawa banget" oleh teman-temanku, tampaknya memang disukai banyak orang di sini.

Tersanjung? semula iya.
Di Indonesia, mukaku ini ngga laku. Standar kecantikan di Indonesia adalah badan tinggi, kulit putih, hidung mancung, rambut hitam lurus dan panjang, bibir tipis.

Saat aku masih SMA dulu, rasanya sampai eneg mendengar cowok-cowok teman sekelasku ngefans si ini dan si itu, karena postur tubuhnya, rambutnya, semuanya. Belum lagi kalau samapi ada yang berwajah indo, atau minimal kearab-araban. Wah, susah. Mereka membuat perempuan berwajah standar seperti aku ini merasa agak "cacat".. hehehe... :D

Sejak 12 tahun yang lalu, untungnya aku mulai sadar bahwa apa yang cantik di mata Indonesia ternyata tidak selalu cantik di mata dunia. Rambutku yang ikal, agak kemerahan ini ternyata dianggap seksi oleh budaya lain. Hidungku yang kata oang Indonesia pesek ini ternyata dilihat sebagai hidung yang cute, kulitku yang ngga putih ternyata dianggap cantik, bibirku yang tebal, mataku yang ngga terlalu belok, tubuhku yang mungil, semua ternyata dianggap cantik di luar budaya Asia Tenggara.

Di Perancis orang memanggilku "ma belle". Di sini, teman Italiaku menyebutku "bella".

Aku jadi memaknai kecantikan dengan pemahaman baru. Bahwa, semua etnis, kalau dilihat-lihat, memiliki kecantikannya sendiri-sendiri, saat kita mau membuka mata dan hati, dan tidak membuat standard sempit tentang kecantikan itu sendiri. Lihatlah mata perempuan Eithopia. Tajam, indah. Lihatlah kulit tembaga perempuan Timor, dan seterusnya.

Nah, kembali ke Albany. Yah, semula aku tersanjung, tapi lama kelamaan hal ini semakin mengganggu. Aku enggan mengangkat kepala karena aku enggan membuang muka saat ada yang berlama-lama menatapku, lalu bersiap menyebutkan pujian itu. Aku enggan membuka peluang buat mereka bicara, lalu mengikutiku.

Ternyata dianggap cantik itu ngga selamanya enak. Aku merasa jadi objek, jadi barang: aku jadi bukan manusia yang bisa diajak bicara hal-hal serius, karena apapun yang kukatakan, atau kubicarakan, meski dengan berapi-api aku bilang bahwa Biden dan Palin kurang pengetahuan soal Timur Tengah, dan seterusnya, diskusi itu akan berakhir dengan ucapan, "kamu cantik sekali malam ini." Gggrrrhhhhhh.... :(

Saat aku menunjukan majalah Ms., majalah feminis bernuansa "kiri" yang kubaca, para pria itu akan mengerutkan wajah. "Please, don't ever think of becoming a feminist."

Dan aku tanya kenapa...
Jawabannya,
"You're too beautiful..."

HAH?
Apa salahnya baca majalah feminis?

*speechless....*












2 comments:

cindy maharani said...

cantik itu kadang bermasalah. bayangkan kau jadi pusat perhatian hanya karena physical appearance kamu tapi bukan karena siapa kamu dan apa isi otak kamu...

Asri Wijayanti said...

iya cynt,
aku jadi ingat, beberapa tahun yg lalu aku sm teman2ku sempat tebak-tebakan: Hayo, pilih mana, cantik tapi bodoh, atau ngga cantik tapi pinter?
Ternyata kebanyakan banyak yg pilih cantik tapi bodoh.
Soalnya, kata teman-teman, jadi orang cantik itu hidupnya lebih mudah. Ngga terlalu banyak mikir tapi udah ada pria2 yg bantuin kita... walaaahhh... ngga bener banget ya? :D